Detail Article Page

KEPEMIMPINAN YANG KUAT SEBAGAI INDIKATOR KEBERHASILAN IMPLEMENTASI BCMS

“Nakhoda yang hebat muncul bukan dari lautan yang tenang, namun dari ganasnya badai di lautan”. Operasional organisasi saat kondisi bencana memerlukan adanya pemimpin yang dapat membawa organisasinya tetap dapat bertahan dan tetap dapat terus beroperasi. Bencana pada organisasi bukan hanya disebabkan physical threats (banjir, covid, demo anarkis, kebakaran dll) terjadi, namun juga dapat disebabkan perubahan konteks organisasi, berupa bisnis yang menurun secara signifikan, kerugian besar terjadi akibat serangan siber, regulasi baru yang menghambat bisnis utama, perubahan perilaku masyarakat dan perkembangan teknologi.

Kesalahan pengambilan keputusan oleh manajemen puncak dapat berdampak bukan hanya pada pencapaian target bisnis, namun juga pada hajat hidup ribuan pegawainya atau bahkan dampak sistemik pada industrinya. Saat terjadi bencana pada organisasi, banyak manajemen puncak yang tidak berani mengambil keputusan strategik di momentum yang tepat untuk menyelamatkan organisasinya, karena khawatir keputusan yang dibuatnya salah atau tidak mengetahui kapan dan apa yang harus diputuskan.  Kekhawatiran tersebut muncul, karena  manajemen puncak tidak terlibat dalam uji coba/stress test skenario gangguan di dokumen BC Plan. Manajemen puncak seharusnya ikut terlibat dalam pengambilan keputusan, sehingga jika terdapat kesalahan pengambilan keputusan, dapat segera dikoreksi sesaat setelah uji coba selesai dilakukan.  

Kepemimpinan yang kuat dalam implementasi Business Continuity Management Systems (BCMS) menjadi salah satu persyaratan sertifikasi ISO 22301:2019 Security and resilience — Business continuity management systems — Requirements yaitu pada klausul 5 Leadership.

Kepemimpinan yang kuat dalam implementasi sistem manajemen akan berperan penting dalam pembentukan budaya organisasi. Implementasi sistem manajemen yang baru di organisasi pasti akan menjadi beban tambahan bagi setiap insan Perusahaan. Berbeda halnya ketika sistem manajemen tersebut telah menjadi budaya, insan Perusahaan mengganggap bahwa sistem manajemen merupakan suatu “kebutuhan” dalam praktik operasional sehari-hari. Sehingga perlu keterlibatan manajemen puncak dalam mendekalarasikan komitmennya secara jelas (dalam bentuk piagam komitmen, kebijakan dan ketentuan Perusahaan) serta mendemonstrasikannya (terlibat) di operasional organisasi saat terjadi kondisi darurat.

Kepemimpinan yang kuat akan mempercepat proses pemulihan saat organisasi terkena bencana. Kepemimpinan yang kuat saat kondisi darurat juga akan berdampak pada persepsi dan kepercayaan pihak eksternal kepada organisasi, yang pada akhirnya akan berdampak pada “nilai” Perusahaan dalam jangka panjang. Kepemimpinan yang kuat perlu didukung oleh komunikasi yang baik dari manajemen puncak ke seluruh jenjang organisasi, maupun komunikasi ke pihak eksternal yang relevan.

Semoga artikel singkat ini, dapat bermanfaat bagi pembacanya.

#BencanaDatangKita Siap

Views Count 43